Deskripsi Singkat :
BAHAYA DORONGAN “AYO.. KAMU PASTI BISA”
Terus terang saya lupa Buku yang saya baca, tetapi daripada
mencarinya “seharian” di Perpustakaan pribadi saya, perkenankan saya langsung
bercerita saja 😊
Pada suatu hari ada sebuah penelitian yang unik, untuk membuktikan
apakah “persepsi” seseorang berpengaruh terhadap kondisi atau hasil. Penelitian
dilakukan terhadap sekelompok tikus yang mereka beri label “tikus pintar” dan
“tikus bodoh”.
Apakah sebelum dilakukan penelitian sudah dilakukan pra
penelitian untuk mengetahui tingkat kepintaran dari tikus tikus sampel
tersebut? Ternyata tidak. Tikus dipilih secara acak, dan pelabelannya pun
dilakukan begitu saja. Bukan berdasar tingkat kepintarannya.
Tetapi para operator, yaitu para mahasiswa senior yang
membantu penelitian ini diberitahu bahwa tikus tikus penelitian itu sudah
dipilih secara cermat sehingga diketahui tingkat kepintarannya. Masing masing,
para operator diberi tanggungjawab untuk meneliti seekor tikus. Separuh dari
mereka membawa tikus dengan label “tikus pintar”. Sebagian lagi membawa tikus
yang berlabel “tikus bodoh”.
Walaupun label yang diberikan pada masing masing tikus tidak
dibuat berdasarkan tingkat kepintarannya, tetapi para operator “yakin” bahwa
kepintaran dari tikus yang dibawanya sesuai dengan label yang diberikannya.
Yang membawa tikus berlabel pintar yakin bahwa tikus yang dibawanya memang
pintar. Demikian pula yang membawa tikus berlabel bodoh. Dia juga yakin bahwa
tikus yang dibawanya benar benar bodoh.
Dalam penelitian ini, para operator penelitian memasukkan
“tikusnya” ke dalam labirin. Di dalam labirin ditempatkan sebuah makanan.
Penelitian dilakukan untuk mengetahui, apakah ada perbedaan antara tikus berlabel
pintar dan tikus berlabel bodoh, dalam hal menemukan makanan yang tersembunyi
dalam labirin.
Ternyata penelitian menunjukkan bahwa tikus berlabel pintar,
rata rata lebih cepat menemukan makanan
dalam labirin itu. Sedangkan tikus berlabel bodoh lebih lambat atau tidak
berhasil menemukan makanan yang tersembunyi itu.
Mengapa hanya sebuah “label” saja bisa membuat seekor tikus
menjadi pintar atau menjadi bodoh? Jelas bukan karena “termotivasi” atau
“sugesti”, karena para tikus tidak bisa membaca label yang diberikan kepadanya.
Ternyata persepsi dari para operator peneliti atau “caranya
memandang” terhadap tingkat kepintaran dari tikus yang dibawanya berpengaruh
terhadap kepintaran para tikus. Tikus yang dianggapnya pintar, menjadi benar
benar pintar dan menemukan makanan di balik labirin. Sedangkan tikus yang
dipersepsikan bodoh, menjadi benar benar bodoh sehingga mengalami banyak
kesulitan untuk menemukan makanan di balik labirin.
KEKUATAN PERSEPSI DALAM PENGASUHAN
Dalam hal pengasuhan terhadap anak, keyakinan dan harapan
orang tua terhadap anaknya juga berpengaruh terhadap kemampuan si anak. Hal ini
bisa kita ketahui dari kisah Sthepen R Covey ketika mengasuh putranya. Sthepen
R Covey adalah tokoh pengembangan kepimpinan dunia, yang terkenal dengan
bukunya 7 Habits of Higly Effective People.
Salah satu putra Mr. Covey mengalami masa masa yang sulit di
sekolahnya. Prestasi akademisnya sangat buruk. Bahkan si anak tidak mampu
memahami bagaimana menjalankan perintah dalam ujian, apalagi mengerjakannya.
Demikian pula dalam hal olah raga. Dia tidak bisa mengendalikan
gerakannya dengan baik. Bahkan ketika main Baseball, dia sudah mengayunkan
tongkat pemukul bola, bahkan sebelum bola dilemparkan kepadanya.
Mr. Covey tentu saja ingin sekali “membantunya”. Setiap hari
selalu ditanamkan keyakinan pada diri putra kesayangannya itu, “Ayo nak, Kamu pasti
bisa melakukannya. Dan ketika Putranya melakukan sesuatu dengan benar, dia beri
semangat dengan mengatakan, “Bagus nak, pertahankan terus”.
Sayangnya, teknik teknik “sikap mental positif” yang
diterapkan Mr. Covey itu tidak banyak memberikan hasil.
Sampai pada suatu ketika Dia menyadari bahwa teknil mental
positif yang diterapkan pada anaknya tidak selaras dengan persepsi atau
“caranya memandang” putranya.
Ketika dia memberikan dorongan positif, “Ayo nak, kamu pasti
bisa”, artinya adalah dia “tidak mempercayai” kemampuan anaknya. Di dalam
persepsinya, anaknya memang benar benar “tidak mampu”.
Jadi, seperti cerita pada penelitian tentang tikus di atas,
ketika para peneliti percaya bahwa “tikusnya pintar” maka sang tikus akan
menemukan makanannya dalam labirin. Demikia pula jika sebaliknya. Ketika Mr.
Covey mempersepsikan putranya sebagai “anak yang tidak mampu” maka putranya
benar benar menjadi terbelakang dan tidak berkembang.
Maka dilakukanlah perubahan terhadap cara pandangnya
terhadap kemampuan anaknya. Dia mulai menerima anaknya dan keunikannya.
Dilihatnya bahwa di dalam dirinya terdapat berlapis lapis “Potensi” yang akan
terwujud dengan langkah dan kecepatannya sendiri. Dan dia tidak membandingkannya
dengan langkah, kecepatan dan kemampuan yang dialami oleh anak lain. Karena
anaknya memiliki keunikan tersendiri.
Mr Covey kemudian berhenti mendorong kemampuan anaknya, yang
dilakukannya adalah meneguhkan, menyenangi dan menghargai. Akibatnya muncul
perasaan baru. Dia mulai bisa menerima dan menikmati keberadaannya.
Akhirnya persepsinya terhadap putranya berubah menjadi “Aku
tidak perlu melidungimu” karena “ Pada dasarnya engkau baik baik saja”.
Semenjak hal itu, putranya mulai memperoleh kepercayaan diri
dan berkembang sesuai dengan kecepatannya sendiri. Setelah beberapa tahun
berlalu, si anak mulai kuliah dan mendapatkan kepercayaan untuk memimpin
beberapa organisasi kemahasiswaan, menjadi atlit nasional dan membawa buku
rapor dengan nilai A semua.
Jadi, ubahlah persepsimu terhadap dirimu, anak didik, staff,
pasukan, keluarga dan dapatkan hasil yang lebih positif. Persepsi yang positif
terbukti mendorong terwujudnya hal hal positif dalam diri anda maupun orang
orang yang anda peduli terhadapnya.
Salam sukses
Handoyoputro
Mind Navigator
Untuk Pembelian dalam jumlah Banyak, Silakan Kontak Customer Service Kami untuk mendapatkan harga terbaik
HOTLINE Hubungi Kami di Contact
PENGIRIMAN dengan Kurir Terpercaya
Produk Terkait :